Saturday 7 February 2015

EKSPOSISI MUSA (2) : MUSA DIBESARKAN DI MESIR



Sekarang Musa telah dibawa ke dalam istana yang megah, istana kerajaan, hidupnya berubah drastis, kalau diilustrasikan adalah seperti berpindah rumah dari gubuk reot ke istana presiden yang memiliki pelayanan yang lengkap dan tentunya tidak lagi perlu untuk bersembunyi. Di istana tersebut kemungkinan Musa mendapatkan pengajaran-pengajaran dari bangsa Mesir yang mungkin diajari langsung oleh guru-guru besar terkemuka oleh bangsa Mesir. Menjadi anak angkat putri Firaun, Musa juga pastinya mendapat hormat ditengah-tengah bangsa Mesir.


WAKTU DAN CARA YANG TIDAK TEPAT

Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. Keluaran 2:11-12
Walaupun Musa dibesarkan di Mesir, dia masih memiliki jati diri seorang Ibrani, dia masih mengingat bangsanya, mungkin itulah yang menyebabkan Musa ketika berumur 40 tahun ingin keluar dari istana megahnya dan melihat saudara-saudaranya yang sedang dikenai kerja paksa. Ketika dia keluar, dia menemui seorang Mesir memukul seorang Ibrani, dan kemudian Musa menolong seorang Ibrani tersebut dengan membunuhnya. Menolong sesamanya adalah tindakan yang benar, akan tetapi apakah membunuh itu benar?

Swindoll dalam bukunya menjelaskan kisah ini dengan sungguh baik:

  • Tanpa menyadarinya, Musa memasuki posisi yang rawan, saat berbahaya dalam hidupnya. Ketika saya diyakinkan bahwa Musa tahu dia yang akan mebebaskan bangsa Israel, saya juga percaya ia begitu gugup akan hal ini. Kecemasan. Ketidaksabaran. Dan dalam menyatakan pikiran, ia meluncurkan serangan yang gegabah yang menghasilkan bencana. Berhasrat untuk melakukan kehendak Allah, sangat ingin melakukan perkara-perkara besar bagi Allah, ia memaksa keadaan, yang memimpin kepada kemalangan pribadi
Namun selama itu Allah menunggu Anda untuk mencari Nasihat-Nya. Jika Anda bertindak dengan tidak peka terhadap waktu-Nya, Anda bisa kehilangan senyum kemurahan ilahi. Ia tidak akan memberkati apa yang belum Ia tahbiskan. Anda dapat saja benar-benar merasa bahwa Allah mempunyai sesuatu bagi Anda untuk mengerjakan sesuatu di lahan tertentu. Tetapi jika Anda tidak waspada, jika Anda tidak merendahkan diri Anda setiap hari dihadapan-Nya, mencari wajah-Nya, peka terhadap waktu-Nya, bekerja di bawah pimpinan Roh, Anda dapat mendorong dan menerobos dan memaksa jalan anda sebelum waktunya ke tempat di mana Allah menginginkan Anda berada, namun Anda tidak akan pernah sampai pada waktu-Nya

Musa menoleh ke sini, dan ia menoleh ke sana. Bukankah menarik? Ia tidak melihat ke atas, bukan? Ia melihat pada kedua arah secara horizontal, namun ia mengabaikan arah vertikal sama sekali. Dan apa yang ia lakukan akibat amarah bengisnya? Alkitab mengatakan "disembunyikannya mayatnya dalam pasir".

Tetap saja, ketika Anda bekerja dalam kedagingan, Anda butuh sesuatu untuk menutupinya. Anda harus mengubur motif Anda. Anda harus menyembunyikan suatu hubungan yang sudah Anda buat untuk memanipulasi rencana tersebut. Anda harus menyembunyikan kebohongan. Anda harus menutupi mayat akbibat perbuatan Anda. Ini hanya masalah waktu sebelum kebenaran menangkap Anda. 

Dengan mengabaikan untuk meminta nasihat Allah, mengabaikan untuk mencari waktu Allah, maka Anda bertindak menangani banyak perkara. Dan pada akhirnya, Anda mendapati banyak kotoran di tangan Anda, Anda tertegun dengan sebuah mayat, dengan sebuah sekop di tangan Anda dan sebuah kuburan dangkal di kaki Anda.

Mari kita koreksi bersama lagi bagaimana kita melakukan pelayanan kita, di persekutuan kampus, perksekutuan kerja atau di gereja, kita mungkin benar-benar sangat bersemangat, sampai-sampai di dalam mimpi pun hal itu terus tergambar, atau mungkin kita seorang pemimpin yang begitu luar biasa didalam persekutuan tersebut, pagi, siang dan malam berusaha memikirkan dan fokus terhadap pelayanan. Hal itu tentu sangat luar biasa, saya sungguh ingin seperti itu. Tapi tetaplah berhati-hati, selidiki lagi apakah kita melakukannya hanya karena panggilan kedagingan, hanya sebagai pelampiasan, dan tidak dengan kerendahan hati yang penuh. Mudah-mudahan tidak.



Musa berpikir bahwa ia melakukan hal yang benar, menyelamatkan saudara sebangsanya. Esoknya, ia keluar lagi dari istana megahnya, kemudian ia menemukan lagi dua orang yang sedang berkelahi, namun kali ini yang berkelahi adalah 2 orang ibrani. Berniat untuk mendamaikan mereka, Musa malahan mendapat jawaban yang begitu menyentak dirinya. Orang ibrani tersebut berkata :

“Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang mesir itu?”

Jika anda berada di posisi Musa, apa yang anda rasakan ketika mendapat jawaban seperti itu. Padahal saat itu mungkin Musa menganggap bahwa dirinya adalah seorang pahlawan yang kemarin telah membela seorang Ibrani. Musa yang adalah seorang yang terpandang dan berpendidikan, anak angkat putri Firaun raja Mesir, mendapat jawaban yang sungguh merendahkannya sekaligus menghancurkannya.

Setelah mendengar perkataan yang cukup mengejutkan tadi, larilah Musa dari Mesir, dari hadapan Firaun, karena Musa berpikir bahwa kasus pembunuhan terhadap orang Mesir yang dilakukannya mungkin telah ketahuan kepada Firaun. Ya tepat seperti yang Musa pikirkan, Firaun memang sudah mengetahui kasus tersebut. Firaun berikhtiar untuk membunuh Musa (Keluaran 2:15).

Musa melarikan diri, meninggalkan segala kehormatan, kelayakan, impiannya, meninggalkan istananya yang super megah. Pergi berlari dan akhirnya tiba di tepi sebuah sumur di Midian. Di pinggir mata air sumur yang pasti menyegarkan dirinya setelah lari begitu jauh, sebuah harapan baru untuk hidup, di bawah asuhan Tuhan.

Swindoll menyimpulkan pengalaman itu lebih dalam lagi :
Pengalaman-pengalaman seperti itu kita alamai semua. Kita tergesa-gesa dalam berpikir untuk menyelesaikan semuanya; kita melayangkan sedikit pukulan ke dalam kesia-siaan; kita digoncangkan dengan kekecewaan, dan kita terhuyung-huyung; kita takut pada nafas pertama dari penolakan manusia; kita melarikan diri dari pemandangan, menyembunyikan diri kita dalam penyelsalan. Lalu kita bersembunyi di dalam rahasia Allah dari keangkuhan manusia. Dan di sanalah visi kita menjadi jelas; lumpur-lumpur meluruh dari alur hidup kita, kehidupan diri kita sirna; roh kita meminum sungai Allah yang penuh dengan air; iman kita mulai meraih tangan-Nya, untuk menjadi saluran manifestasi dari kuasa-Nya; dan hingga akhirnya kita muncul menjadi tangan-Nya untuk memimpin sebuah eksodus. 

Lanjutkan membaca ke bagian selanjutnya :
Eksposisi Musa (3) : 40 tahun ditempa di padang gurun 
Unknown Engineer and Blogger

Halo saya Beny Septian Pardede, semoga apa yang saya bagikan bisa berguna bagi anda dan orang disekitar anda, tetap berpikir kritis dan jangan terima begitu saja setiap tulisan yang saya buat, ambil yang berguna dan silahkan beri saran yang sopan di kotak komentar dibawah jika tulisan yang saya buat bertentangan dengan nilai yang anda pegang, Terimakasih.

No comments:

Post a Comment