Segala kemegahan yang didapatkan Musa, kini telah sirna, sebuah impian yang mungkin pernah dibayangkan Musa untuk membebaskan saudara-saudara sebangsanya dari tanah Mesir terkikis habis. Istana megah kini diganti dengan rumah yang sederhana, di Midian, sebuah daerah dimana dia akan menghabiskan waktu selama 40 tahun.
Apakah Allah membuang Musa? Tidak
Allah tetap menyertainya, Allah sedang mempersiapkannya dari seorang pemimpin
yang mengandalkan dirinya menjadi seorang pemimpin yang mengandalkan Allah. Pada
masa-masa inilah Musa dididik dan ditempah menjadi seorang pemimpin yang rendah
hati.
Belajar untuk Berefleksi dan Taat
Ketika kondisi kita biasa-biasa saja, seringkali kita
mengasihi Allah dengan cara “biasa-biasa” saja. Saya ingat ketika saya berada
di semester 4-5, saat itu bisa dikatakan saya cukup egois, hidup dengan tidak
taat, meskipun setiap pagi saya tetap membaca alkitab dan memberikan waktu
teduh. Masa-masa itu cukup banyak waktu yang saya habiskan untuk melakukan
hal-hal yang tidak berguna, hanya untuk memuaskan kedagingan saya, contohnya :
menggunakan media sosial berjam-jam, duduk di depan computer streaming youtube
untuk hanya sekadar melihat video-video lucu, dan mengerjakan banyak sekali
tugas saat jam-jam terakhir (deadliner), yang pastinya tidak dapat memberikan
hasil terbaik. Hal tersebut sungguh sangat tidak kudus. Disaat itu saya
merasakan Tuhan berbicara melalui hati kecil saya, mengatakan bahwa hal itu
tidak benar beny, tetapi saya tetap mengeraskan hati saya dan pura-pura tidak mendengar,
dan hal itu terjadi hampir 1.5 tahun.
Suatu hari, sesuatu terjadi berada di luar rencana
saya, kejadian yang luar biasa memukul saya. Saya sungguh sedih dan kecewa, hal
tersebut sungguh membuat saya jatuh. Namun dimomen itu pula lah saya bisa benar-benar
sadar dan bisa menyerahkan keegoisan
saya kepada Allah, dan berefleksi terhadap apa yang selama ini saya telah lakukan.
Di situ pula lah saya mau untuk diperbaiki dan mau mencoba untuk mendengarkan
Allah dan taat lagi.
Jika kegagalan
Anda biasa-biasa saja maka Anda juga hanya akan mendapatkan pelajaran yang
biasa-biasa saja. Tetapi jika dasar kejatuhan itu begitu dalam, dan Anda jatuh
setinggi empat puluh lantai sampai ke dasar yang paling bawah, saat itulah Anda
mulai belajar. Sebenarnya bukan kejatuhan itu sendiri yang menyakitkan, tetapi
perhentian yang tiba-tiba di dasar paling bawah tersebut. ~Dikutip dari Buku
Musa
Musa mengalami kejatuhan dari lantai keempatpuluh seperti itu. Dari keadaan baik-baik saja menjadi seorang pelarian di tanah Median, tapi justru disitu Allah mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin bagi sebuah bangsa yang besar keluar dari perbudakan di Mesir.
Belajar Untuk Menunggu Waktu Allah
Charles S mengatakan :
Penempatan waktu adalah sama pentingnya dengan tindakan. Saya pikir di sinilah hikmat mengambil bagian. Pengetahuan memberitahu saya apa yang harus dilakukan; hikmat memberitahu saya kapan melakukannya dan bagaimana melaksanakannya. Semakin lama saya hidup, semakin saya mempercayai kata-kata yang ditulis seorang bijak, "Satu pukulan yang tepat pada waktunya sama berharganya dengan seribu pukulan dengan semangat yang terlalu dini". Allah tidak terbatas dalam kemampuan-Nya membuat sesuatu berhasil, tetapi Ia akan melakukannya menurut waktu-Nya dan bukan sebelumnya.
Kita semua pernah mengalami frustasi yang begitu pekat, merasa seakan-akan surga sedang bergerak dengan gigi satu saat kita butuh waktu yang dipercepat. Di saat-saat yang lebih gelap dalam kehidupan kita, kita mungkin merasa seperti sedang berkata kepada Tuhah, "Hei, ini serius. Tidakkah Engkau bisa menaikkannya lagi, satu atau dua tingkat pada daaftar prioritas-Mu? Tentu saja, masalahnya bukanlah Allah yang terlalu lambat, kitalah yang terlalu cepat. Terlalu cepat untuk kebaikan atau kesombongan kita sendiri.
Musa terlalu kuat. Terlalu terpelajar. Terlalu berbudaya. Terlalu bertalenta. Terlalu superior. Ia sedang meronta-ronta dalam pimpinan Tuhan dan harus belajar bahwa menunggu, menahan dirinya bukanlah suatu tanda kelemahan, mungkin sebaliknya, hal itu merupakan tanda kekuatan.
Menyembunyikan Kesalahan:
ITU HANYA MENUNDA TERBONGKARNYA SAJA
Musa menyembunyikan mayat dari orang Mesir yang dibunuhnya kedalam pasir, tetapi esoknya hal tersebut sudah tersebar luar di Mesir. Keluaran 2:12. Menyembunyikan kesalahan, tidak akan dapat menghapus kesalahan tersebut, seperti yang Musa lakukan. Namun berdasarkan refleksi yang mungkin dia lakukan selama 40 tahun di Midian, dia pasti tidak akan melakukannya lagi. Ia tidak akan menjadi seorang pengecut yang bersembunyi dari kesalahannya sendiri.
Musa seorang tokoh besar di dalam perjanjian lama, begitu juga dengan Adam pernah mengalami hal tersebut, apalagi kita, kita mungkin sering melakukannya, menyembunyikan kesalahan atau sisi gelap kita dan hanya menunjukkan sisi kesempurnaan kita, hal tersebut semata-mata adalah karena kita tidak ingin dianggap rendah oleh orang lain, kita tidak ingin kita kehilangan kharisma kita di depan orang, di depan rekan sepelayanan kita.
Banyak sekali sebenarnya dampak dari ketakutan kita terhadap kelemahan kita, saya baru membaca buku yang cukup baik dan terkenal, yaitu The Gift of Imperfection, dalam buku tersebut dikatakan bahwa manusia menganggap kegagalan atau ketidaksempurnaan adalah suatu yang sangat ditakuti oleh manusia, padahal tidak, ketidaksempurnaan adalah pemberian dari Tuhan agar manusia dengan manusia lainnya bisa saling bersama membangun, berbagi dan menguatkan.
Ketika kita melakukan dosa atau kesalahan, janganlah bersembunyi, karena dengan begitu Anda tidak menghormati Allah, apakah Anda pikir Allah tidak mengetahui semua itu? Akuilah kesalahan, dan mintalah teman atau kakak pembimbing untuk membantu dan mendoakan Anda terhadap masalah tersebut.
Musa menghabiskan waktu selama EMPAT PULUH TAHUN, hingga dipakai Allah untuk membebaskan bangsa Israel, bukan waktu yang lama. Dia berusia 80 tahun untuk melaksanakannya pelayanannya. Tidak ada kata terlalu tua untuk bekerja di ladang Allah, mari berdoa dan mempersiapkan diri untuk melakukan bagian kita masing-masing.
No comments:
Post a Comment